Minggu, 30 September 2012

Menanamkan Kebahagiaan Dihati Kita

Oleh : Slamet Riyadi
Disadur dari Pengajian : KH. Dr. M. Dhiyauddin Kushwandi, Azhmatkhan
Pengasuh Majlis Tasbih Nusantara

Didalam menjalani kehidupan seringkali kita dihadirkan pada kondisi yang tidak menentu, Padahal sudah lama kita beragama tapi masih saja mengalami jungkat-jungkit ; susah – senang,  sedih – gembira, kondisi tersebut memang berasal dari perasaan asli manusia ketika merespon kenyataan yang tidak sesuai maupun sesuai dengan harapan, namun perasaan ini andaikan orang tidak beragama-pun pasti memiliki, sedangkan kita beragama / beriman agar dapat  melampui perasaan tersebut.

Dalam QS. Al-Hadid 23 Allah SWT berfirman “(kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri ”.
Allah SWT melarang bersedih dengan apa yang luput dari kita dan terlalu gembira atas apa yang telah kita dapat, ini ajaran yang nyaris luput dari perhatian kita. Patut kita ketahui bahwa perasaan diantara dua keadaan berlawanan tersebut ialah perasaan “Damai”, secara metaforik / kinayah (perumpamaan) maka perasaan damai itu seperti waktu subuh yang bukan siang bukan malam sebagaimana damai itu bukan susah bukan senang, coba kita rasakan kondisi waktu subuh pasti menyejukan. Jika kita mengalami waktu subuh dihati maka kita akan merasakan damai, entah siang atau malam kita tetap subuh saja. 

Dalam sejarah Imam Ghozali ra. setelah membaca ayat ini maka mengalami perenungan secara mendalam “jika masih terombang-ambing dengan kondisi tersebut berarti selama ini kita masih belum beragama”, karena jasmani sudah hidup, maka mestinya orang beragama itu untuk menghidupkan ruhani ini, dan tandanya hidupnya ruhani itu ada pada rasa damai. Akhirnya Imam Gozali meninggalkan semua aktivitas akademisnya dan ‘uzlah (menyendiri) selama 11 tahun di Syiria dan mengarang kitab ihya’ ‘ulumuddin yaitu kitab tentang ilmu menghidupkan ruhani, atas dasar ayat tersebut (QS.Al-Hadid 23).

Agama bukan hanya mengatur prilaku ritual karena itu masih tataran dhohir jika beragama hanya fokus pada ritual maka seperti beragamanya orang primitif/pedalaman yang hanya mempunyai kepercayaan buta dan disembah-sembah. Banyak orang yang sudah sholat, zakat dan pergi haji namun belum memberi efek dalam hatinya sehingga mempunyai perilaku seperti orang yang tidak beragama, belum mempunyai perasaan damai dan mendamaikan orang lain akhirnya beragama atau tidak adalah sama saja. 

Orang yang hatinya damai maka pikirannya akan kreatif dan produktif jika hatinya tidak damai maka fikiran jadi kacau untuk memecahkan masalah-pun tidak bisa, betapa pentingnya menghidupkan ruhani ini, bahkan rumah tangga bisa hancur jika ruhaninya tidak sehat.   
Dalam QS Al-Anfal  : 24 disebutkan  “Hai orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan penuhilah seruan Rasul apabila Rasul menyuruh kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu…”
Orang yang beriman yang dipanggil dalam ayat tersebut adalah orang yang sudah hidup secara jasmani maka yang dimaksud seruan untuk menghidupkan ini adalah kehidupan ruhani, inilah target agama itu sesungguhnya. 

Bagaimana upaya kita untuk memperoleh kedamaian? ada 2 cara yang mendasarinya yaitu :
1. Dengan Ilmu (pemahaman)
Sebagaimana Qs Al-Hadid : 20, “ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah - megahan antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur…”
Kita harus mengetahui dan sadar betul bahwa dunia itu hanyalah sementara  dan semu, sebagaimana tanaman yang tumbuh lalu mati, ini menandakan dunia itu bersifat sementara/ fana’, sehingga kita tidak perlu stress dan depresi jika mendapati harapan yang luput dan tidak terlalu gembira jika didapatkan.
2. Dengan Amal (perbuatan)
Amal yang dimaksud ialah dengan selalu berdzikir. Allah SWT berfirman “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.  Ingatlah hanya dengan berdzikir hati akan menjadi tentram” QS.
Maka melanggengkan kalimat dzikir dihati maupun lisan mempunyai efek dapat mendamaikan hati dan fikiran kita.

Orang yang hatinya damai dan ruhaninya hidup maka seperti sebuah as ditengah-tengah roda, tidak bisa diombang-ambingkan oleh kadaan walaupun itu tertimpa musibah atau diberi nikmat perasaan yang ada hanyalah tetap syukur dan tentram, jika seperti ruji maka keadaan akan selalu up and down / naik – turun atau bolak-balik tidak bisa tenang. Maka menanamkan waktu subuh dalam perasaan kita akan menjadikan hati lebih sejuk, tentram dan damai, sehingga bermuara pada kebahagiaan didunia dan akhirat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar